Marsma Fajar Gugur Saat Terbang, Dimakamkan di Probolinggo
Marsma Fajar gugur dalam kecelakaan pesawat latih di Bogor. Jenazah akan dimakamkan besok di Probolinggo dengan upacara militer.

Perjalanan Terakhir Marsma Fajar: Duka Mendalam Dunia Dirgantara Indonesia
Jakarta, - Indonesia kembali berduka atas kehilangan salah satu putra terbaiknya. Marsekal Pertama (Marsma) TNI Fajar Andriyanto meninggal dunia dalam sebuah insiden tragis, kecelakaan pesawat latih sipil yang terjadi pada Minggu pagi, 3 Agustus. Kepergian beliau menyisakan kesedihan mendalam, tak hanya bagi keluarga besar TNI Angkatan Udara, tetapi juga bagi seluruh komunitas penerbangan dan masyarakat Indonesia.
Jenazah Marsma Fajar akan dimakamkan di kampung halamannya, Probolinggo, Jawa Timur, pada Senin, 4 Agustus. Rencana pemakaman ini telah dikonfirmasi oleh Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsma I Nyoman Suadnyana, kepada awak media pada Minggu siang.
Proses Pemulangan Jenazah dan Penghormatan Terakhir
Jenazah almarhum direncanakan akan diberangkatkan dari Lanud (Pangkalan Udara) Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada pukul 06.30 WIB menggunakan pesawat angkut militer Hercules. Penerbangan ini diperkirakan memakan waktu sekitar 1 jam 45 menit untuk sampai di Malang. Selanjutnya, jenazah akan dibawa melalui jalur darat menuju Probolinggo, tempat peristirahatan terakhirnya di pemakaman keluarga.
Seluruh rangkaian prosesi pemulangan dan pemakaman dilakukan dengan penghormatan militer penuh, sebagai bentuk apresiasi atas jasa dan pengabdian almarhum selama bertugas di TNI AU. Atmosfer duka dan hormat mengiringi proses pemulangan sosok yang dikenal berdedikasi tinggi terhadap dunia kedirgantaraan Indonesia.
Kronologi Kecelakaan Pesawat Latih Sipil
Kecelakaan tragis ini terjadi saat Marsma Fajar sedang menjalani misi latihan bersama rekannya, Roni, menggunakan pesawat latih ringan tipe Microlight Fixedwing Quicksilver GT500 dengan nomor registrasi PK-S126. Pesawat tersebut merupakan bagian dari armada milik Federasi Aero Sport Indonesia (FASI).
Pesawat lepas landas dari Lanud Atang Sendjaja, Bogor, pada pukul 09.08 WIB dalam rangka misi latihan profisiensi atau pemeliharaan kemampuan penerbangan olahraga dirgantara. Namun, hanya berselang sekitar 11 menit, tepatnya pukul 09.19 WIB, pesawat tersebut dinyatakan hilang kontak. Beberapa saat kemudian, pesawat ditemukan dalam kondisi hancur setelah jatuh di kawasan TPU Astana, Ciampea, Kabupaten Bogor.
Kedua awak pesawat langsung dievakuasi ke Rumah Sakit Angkatan Udara (RSAU) dr. M. Hassan Toto. Sayangnya, Marsma Fajar dinyatakan meninggal dunia sesaat setelah tiba di rumah sakit. Sementara itu, rekan penerbangnya, Roni, berhasil selamat meskipun mengalami luka serius.
Kondisi Copilot Roni dan Proses Investigasi
Roni, yang saat insiden terjadi bertindak sebagai co-pilot, saat ini masih dalam masa perawatan intensif di rumah sakit. Menurut keterangan Nyoman Suadnyana, kondisi Roni sudah mulai menunjukkan tanda-tanda positif. Ia telah sadar, namun belum dapat diajak berkomunikasi karena masih dalam pemulihan pasca trauma fisik dan mental akibat kecelakaan.
“Roni sudah sadar, sudah siuman. Tapi belum bisa banyak bicara. Saat ini dia masih dirawat intensif,” ujar Nyoman.
Hingga berita ini ditulis, penyebab pasti kecelakaan masih dalam tahap penyelidikan oleh tim investigasi dari TNI AU dan pihak-pihak terkait. Fokus utama saat ini adalah mengungkap faktor penyebab jatuhnya pesawat, apakah murni karena kendala teknis, faktor cuaca, atau ada faktor lainnya yang berkontribusi terhadap kejadian tersebut.
Duka dan Penghormatan dari Komunitas Dirgantara
Kepergian Marsma Fajar merupakan kehilangan besar bagi komunitas penerbangan nasional. Almarhum dikenal sebagai figur inspiratif yang berdedikasi tinggi dalam mengembangkan potensi penerbangan sipil dan olahraga dirgantara di Indonesia.
Sebagai anggota aktif FASI dan perwira tinggi TNI AU, Marsma Fajar banyak terlibat dalam pelatihan, edukasi, dan promosi penerbangan di berbagai daerah. Banyak kalangan menyebut beliau sebagai "arsitek kemajuan aviasi olahraga" yang visioner dan tidak pernah lelah mendorong kemajuan teknologi kedirgantaraan nasional.
Ungkapan duka dan doa terus mengalir dari berbagai pihak. Mulai dari rekan sejawat, anggota FASI, tokoh penerbangan nasional, hingga masyarakat umum yang mengikuti perkembangan dunia aviasi di Tanah Air. Media sosial juga dibanjiri ucapan belasungkawa dan penghormatan atas dedikasi almarhum.
Keselamatan Penerbangan dan Evaluasi Sistem Latihan
Kejadian ini menjadi pengingat penting akan pentingnya evaluasi menyeluruh terhadap sistem pelatihan penerbangan, terutama dalam konteks olahraga dirgantara yang memiliki risiko tinggi. Federasi Aero Sport Indonesia bersama TNI AU diharapkan dapat melakukan audit menyeluruh terhadap prosedur keselamatan, pemeliharaan pesawat latih, serta kesiapan awak penerbang.
Latihan profisiensi memang sangat penting dalam menjaga keterampilan dan kesiapan penerbang. Namun, keselamatan tetap harus menjadi prioritas utama dalam setiap operasi udara. Kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi seluruh elemen penerbangan sipil maupun militer.
Doa untuk Pahlawan Langit
Kehidupan Marsma Fajar telah banyak dihabiskan untuk mengabdi kepada negeri melalui langit. Kepergiannya bukan hanya kehilangan seorang prajurit, tetapi juga hilangnya sosok pemimpin yang menjadi teladan bagi generasi penerbang masa depan.
Kini, langit Indonesia kembali sunyi, kehilangan satu bintangnya. Semoga seluruh amal dan pengabdian Marsma Fajar mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Esa, dan keluarganya diberikan kekuatan dalam menghadapi cobaan ini.
Selamat jalan, pahlawan langit. Namamu akan tetap terpatri dalam sejarah kedirgantaraan Indonesia.
What's Your Reaction?






